15 April 2011

Iket Sunda: Urang Sunda Kudu Nyunda...

Jadi inget waktu Daddy cerita kalo temennya, bilang ke dia kalau dia tak suka dengan dasi, alasannya karena menurutnya [temen daddy] dasi itu ngga keren. Sayah jadi mikir mikir...
iyah gituh? liat Antonio Banderas misalnya..keren-keren aja tuh...
lagian dasi kan dipakenya di leher, sedangkan iket di kepala...tah?? lalu masalahnya dimana? 

Terus eke liat poto Daddy yang pake dasi...ya keren juga..cuma..biarpun begitu dia terlihat seperti seseorang yang kehilangan identitas..
Identitas apakeuh? identitas budayanya...! ya, begitulah maksudnya..inilah masalahnya..ini menyangkut masalah identitas budaya...

Sebagai orang Sunda, yang sepertinya tidak diaku, karena muka Daddy yang kayak eksodus dari Tiongkok makiiin ajah dikira koko kalo make dasi. Dari segi muka memang tak "nyunda" pisan tapi sepertinya kalo Daddy pake iket identitasnya sebagai orang sunda bisa kentara meski muka kayak koko...heheh..

Maafkeun sodara-sodara..postingan sayah ini sama sekali bukan bermaksud untuk bersikap chauvinistik atau apapun, ini hanya salah satu jerit batin sayah dalam melihat posisi iket diakalangan orang Sunda sendiri saat ini. Banyak para jajaka lebih senang dan merasa gaya dengan memakai dasi atau dasi kupu-kupu mungkin biar pun keliatan kayak pelayan resto tapi teteup dianggap keren. Beda ketika memakai iket, maka akan dianggap kuno dan ketinggalan zaman. padahal menurut sayah...kereenn pisan..sayangnya pemandangan ituh, jarang sekali diliat...bahkan di kota Bandung sendiri...kotanya urang Sunda..

Sering kali saya dateng ke acara-acara pagelaran budaya Sunda...dan baru disitulah sayah ngeliat banyak akang-akang memakai iket. Entahlah saya selalu olohok.. kagum.. takjub.. ngeliatnya..memang keren kok iket itu...namun kenapa sudah jarang sekali orang make?? termasuk Daddy??? 

Sebenernya Daddy senang sekali dengan iket, dan sangat ingin pake iket cuma masih tunggu waktu sampai kami bisa menemukan penjual iket yang bagus untuk dipake Daddy..*adakeuh yang jualan mak-mak?* beberapa kali sayah datang ke gerai2 penjual iket, cuma belum ada yang cocok..waktu itu sayah pernah datang ke gerai penjual iket dari suku Baduy, ternyata ga cocok di warna...

Daddy dan sayah, senang dengan corak batik klasic berwarna coklat atau yang berwarna gelap lah..yang sering banyak ditemui warnanya biru atau tosca...


Untuk modelnya, iket mempunyai model yang beragam... namun diantara berbagai model tersebut sepertinya yang paling ringkes [simpel] adalah model barangbang semplak seperti yang dipake si akang di sebelah...Biasanya iket model ini pada jaman dulu dipakai oleh para jawara, namun sekarang sudah bebas dipake siapa sajah kecuali bagi kalangan masyarakat Sunda yang memegang tradisi yang masih ketat.



Very nice... gaya pisan.. meski seharusnya niatnya bukan cuma untuk gagayaan...tapi, emang gaya kan?? hehe..

Bagi orang sunda iket itu bukan sekedar pengikat kepala, namun juga punya filosofi dan pesannya tersendiri seperti yang dikutip dari sini menurut dosen antropologi Unpad Ira Indrawardhana, iket mengandung pesan antara lain menghormati orang tua dan selalu menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri. Nah keren kan?? being unselfish...

Untuk filosofinya sayah sendiri kurang faham, buat yang penasaran silahkeun cek beby cek ke sini.. dan pelajarilah sendiri, saya pun masih berkerut kening dengan hal tersebut. 
tapi..meskipun tak paham, sayah juga setuju dengan pendapatnya Ria Ellysa Mifelsa (29), penggiat komunitas teater Laskar Panggung, Bandung, yang mengatakan, “Sama sekali tidak salah bila sebagian pengguna tidak tahu filosofinya. Saya sendiri tidak terlalu paham. Setidaknya kami menjadi bagian orang yang mencintai budaya Sunda,” nah begitu maksud saya....intinya, belajar mencintai akar budaya sendiri...

Waktu kapan gituh yah saya juga seneng liat logo multiply yang yang memakai bendo di blognya mbak Reny Payus...keren sekali...sangat kreatif..sangat jawa..dan jadi logo multiply yang sangat Indonesia..*bravo buat yang buatnya*

Oke, lalu salahkeuh pake dasi? ngga, tak adeu yang salah...memakai dasi teuteup keren dan gaya bagi yang memang pantes makenya..dan itu artinya tak salah juga kan jika mulai mencintai iket?

Pelajari budaya orang lain tak salah, bahkan juga harus namun jangan juga seperti kacang yang lupa kulit...jangan lupa juga dengan budaya sendiri..saya juga senang dengan budaya dari luar, saya senang dengan budaya Jepang, saya belajar bahsa Jepang, tapi di rumah sayah memakai bahasa Sunda dan mengajarkan anak sayah bahasa Sunda meski saya memberi dia nama dari bahasa Jepang..Kirei...hehehe..

Baiklah sodara-sodara sepertinya topik ini terlalu serius, padahal sebenarnya saya cuma iseng dengan tulisan ini. Intinya saya suka dengan iket, karena saya orang sunda dan menurut sayah iket itu keren..dan seseorang yang memakai iket diharapkan akan selalu ingat dengan identitas ke-Sunda-annya, dengan pesan moralnya..dan dengan filosofinya.. *yang masih saya renungkan ituh...*

Pertanyaannya adalah kenapa keuh saya tak memakai kemben dan sanggul? karena....  kemben dan sanggul membuka aurat.. titik tak pelu dibahas..
^^

Saha deui nu rek ngamumule budaya urang..:)
Salam baktos kasadayana...


*gambar saya culik dari sini
*kutipan saya copi-edit dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar